Langsung ke konten utama

Diet, Tak Semudah Melafalkannya

 "Kamu lagi diet, ya?" Demikianlah respon  paling lazim yang aku dengar jika aku menolak ketika ditawari makan atau hanya sedikit saja menikmati hidangan yang diberikan kepadaku. Ya, walaupun respon tersebut biasanya hanyalah bentuk gurauan untukku. Mana mungkin aku sedang diet, padahal badanku langsing cenderung kurus. Bahkan dulu pernah temanku berseloroh menyebut aku seperti korek api. Kepalanya bulat, badannya lurus. 

Ya, itu dulu. Ketika aku masih gadis. Saat itu fase paling kurusku terjadi ketika aku sedang menjalani program praktek lapangan dan menyusun skripsi. Aku yang memiliki tinggi badan 168 cm diimbangi dengan berat badan sekitar 50 kilogram. Pasangan tinggi dan berat badan ini jika dimasukkan datanya ke dalam kalkulator BMI (Body Mass Index) di internet akan menunjukkan hasil 17,9 yang berarti ideal. MasyaAllah, dalam fase terkurus menurutku, justru masih tergolong ideal menurut BMI. Hmm, aku rindu masa-masa ketika berat badanku ideal.

Berat badanku bertahan dalam rentang 50-53 kilogram. Saat menikah berat badanku sudah naik menjadi 55 kilogram. Saat hamil anak pertama pun meningkat hingga 69 kilogram di masa menjelang persalinan. Pasca melahirkan, berat badanku berada di kisaran 63-65 kilogram. Nilai ini sempat menyusut ketika si sulung berusia 1 tahunan. Anak bujang yang sudah mulai berjalan saat itu, membantu proses pembakaran kalori di badanku sehingga mencapai 61 kilogram. Pada masa ini pertanyaan "Kamu agak kurus ya sekarang?" yang mulai sering kudengar cukup mempengaruhi perasaanku. Kesannya kurus itu tanda menderita dan gemuk tanda bahagia. Padahal tidak ada hubungan sebab akibat secara langsung ya antara berat badan dan kebahagiaan. Tapi di masa itu aku merasa sebagian orang memandang hidupku menderita dan mengakibatkan badanku menjadi kurus. 

Sejak saat itu aku berniat untuk lebih meningkatkan berat badanku agar terkesan hidupku bahagia. Hehe, alasan yang cukup absurd sebagai motivasi untuk menaikkan berat badan. Padahal saat aku cenderung kurus, hidupku bahagia-bahagia saja kok. Aku mulai meningkatkan porsi makan, rajin ngemil. Kalau makan nasi, hampir selalu "batambuah" kata orang Minang. Alhamdulillaah usahaku membuahkan hasil. Berat badanku terus bertambah dan saat ini sudah mencapai 73 kilogram. Ya, aku mencapai fasa paling gemuk sejauh ini, di luar masa balita. Mari kita cek kembali BMI-ku saat ini. Ternyata nilainya adalah 25,9 yang berarti berat berlebih. Saat ini berat badanku berada pada kisaran 70-73 kilogram. Berat badanku yang meningkat ini mulai kualami sejak akhir tahun 2016. Hmm.. Ternyata sudah 6 tahun berlalu, menjalani hari dengan badan lebih gemuk. Apakah dengan badan gemuk artinya aku selalu bahagia? Ya, tidak juga. Walaupun secara umum aku merasa hidupku bahagia, tapi namanya hidup selalu ada saat sedih dan bahagia yang datang silih berganti.

Kini, setelah beberapa tahun "menikmati" badan gemuk, aku ingin badanku kembali ideal. Aku merindukan masa-masa ketika lingkar relatif lebih kecil, badan terasa lebih enteng. Lutut tidak terlalu terbebani. Apalagi si sulung sudah sering merengek minta adik. Sepertinya aku perlu menurunkan berat badanku. Walaupun hadirnya anak adalah rezki dari Allah, tapi mengupayakan berat badan yang ideal dapat menjadi ikhtiar untuk memperbesar peluang hadirnya kembali calon bayi dalam rahimku, insyaAllah.

Ya, aku mulai diet. Membiasakan pola makan yang sehat agar memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitasku sehari-hari. Aku juga melakukan olahraga atau senam untuk meningkatkan pembakaran kalori di badanku. Namun, ternyata diet tak semudah itu. Mengatur pola makan minim nasi, cukup berat bagiku. Pernah kucoba meminimalisir konsumsi nasi. Akibatnya aku menjadi mudah pusing. Pernah juga kucoba membiasakan puasa sunnah. Sambil beribadah, berat badan berkurang. Namun, mood puasa tidak selamanya tinggi. Untuk meningkatkan olahraga, aku bahkan mengunduh aplikasi pemandu senam. Dengan harapan aku semakin rajin berolahraga karena diingatkan terus setiap hari oleh aplikasinya. Lagi-lagi aku masih belum mampu konsisten untuk menjalankannya. 

Diet ternyata tak semudah melafalkannya. Butuh niat dan usaha yang keras untuk mewujudkannya. Salut untuk teman-teman yang berniat menurunkan berat badan dan konsisten dalam berjuang dalam mengatur pola makan sehat seimbang dan disiplin berolahraga. Aku sendiri masih belum mampu untuk konsisten dalam perjuangan ini, meskipun niat untuk menurunkan berat badan masih tetap kujaga. Semoga dalam waktu dekat aku bisa lebih disiplin berjuang untuk mencapai berat badan ideal. Semoga Allah wujudkan impianku. Aamiin. Mohon doanya teman-teman. 

#KLIP2023

#KelasLiterasiIbuProfesional

#TemaTantanganMenulis2023


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SMAN 5 PARIAMAN

SMAN 5 Pariaman merupakan SMA termuda di kota Pariaman. Siswa/i angkatan pertama di SMAN 5 diterima pada tahun ajaran 2009/2010. Ini berarti, siswa/i tersebut saat ini sudah duduk di kelas XII. Pada tahun pertama berdirinya, kegiatan pembelajaran di sekolah ini dilaksanakan di SMAN 1 Pariaman. Demikian pula halnya dengan kegiatan pembelajaran pada tahun kedua. Pada tahun ketiga, siswa/i kelas X sudah mulai mengikuti kegiatan pembelajaran di gedung SMAN 5 Pariaman, sementara kelas XI dan XII masih mengikuti kegiatan pembelajaran di gedung SMAN 1 Pariaman. SMAN 5 Pariaman yang dipimpin oleh bapak Drs. Admiral ini, saat ini terdiri dari 14 rombongan belajar. terdiri dari 6 rombongan belajar kelas X, 4 rombongan belajar kelas XI, dan 4 rombongan belajar kelas XII. Kelas XI terdiri dari 1 rombongan belajar kelas IA dan 3 rombongan belajar kelas IS. Sedangkan kelas XII terdiri dari 2 rombongan belajar kelas IA dan 2 rombongan belajar kelas IS. Kegiatan pembelajaran didukung oleh 24 orang ...

Fokus Pada Hasil Komunikasimu, Marah-Marah Nanti Dulu

Jurnal Latihan Komunikasi Produktifku Hari Ke-6 Bismillaahirrahmaanirrahiim  Alhamdulillah, hari ini aku masih terus berusaha melatih komunikasi produktifku. Kawan bicaraku pada kesempatan ini yaitu anakku. Fokus utama yang kulatih yaitu pada poin "I am responsible for my communication results". Jadi, akulah yang bertanggung jawab atas hasil komunikasiku.  Tadi aku mendapati pakaian yang tersusun di lemari pakaian anakku berantakan. Adakalanya, saat situasi yang terjadi tidak sesuai harapanku, hatiku terasa sempit dan menjadi mudah marah pada anakku. Namun,  karena hasil komunikasiku adalah tanggung jawabku, maka aku fokus untuk menyampaiakan apa yang aku harapkan dilaksanakan atau diperbaiki oleh anakku di masa depan. Maka tadi, dalam merespon pakaian yang berantakan tadi, aku memilih untuk bertanya pada anakku. "A, mau Bunda tunjukkan caranya agar susunan pakaian tidak berantakan setelah mengambil baju?" "Tidak mau," jawab A. Aku pun bertanya lagi, ...

Jurnal Ke-1 Zona 8 - Berkegiatan Bersama Keluarga

  #tantanganzona8 #berkegiatanbersamakeluarga #jurnalke-1 #bundasayang8 #institutibuprofesional #ibuprofesionaluntukindonesia #bersinergijadiinspirasi #ip4id2023