Langsung ke konten utama

Diary Bunda Sayang Zona 1 : Self Awareness Hari Ke-9 - Belajar Menguasai Perasaan Marah

Hari ini aku berjuang agar mampu mencapai 7 setoran jurnal secara berturut-turut setelah gagal di tujuh hari pertama. Semoga aku bisa mencapai target minimal ini. Aamiin.

Bulan Ramadhan adalah bulan untuk latihan mengendalikan hawa nafsu, termasuk di antaranya mengendalikan perasaan marah.

Tadi, anak bujangku, semoga Allah golongkan sebagai hamba-Nya yang shaleh, minta agar saat berbuka puasa hari ini dia dibuatkan mie rebus. Ayahnya dan aku tidak setuju dengan keinginannya tersebut, karena setelah perut kosong seharian, lalu diisi dengan menu mie rebus, sepertinya bukan pilihan yang tepat. Seperti biasa, ketika keinginan kuatnya tidak dipenuhi, anak bujangku marah, dia mulai mengekspresikan kemarahannya dengan mengucapkan hal yang berpotensi membuatku marah. Namun aku mencoba untuk lebih kalem dan tenang dalam menghadapinya saat ia sedang marah, apalagi saat ini sedang berpuasa. Alhamdulillah, aku bisa. Anakku pun kemarahannya sedikit reda. Walaupun tak lama setelahnya kadar marahnya kembali meningkat karena dia ingat keinginannya tidak diizinkan, aku tetap berusaha sabar dan memberinya ruang untuk melatih dirinya mengelola kemarahannya. Alhamdulillah.
Insight yang aku peroleh hari ini adalah bahwa anakku belajar, aku pun belajar. Kami sama-sama belajar untuk mengelola kemarahan kami. Dia belajar memahami alasanku atau alasan ayahnya memberikan larangan padanya. Belajar memahami bahwa larangan ayah bundanya terhadap hal tertentu adalah bentuk sayang ayah bunda untuknya. Aku dan ayahnya juga belajar bahwa boleh merasa marah, karena marah adalah salah satu bentuk sayang, namun cara menyampaikan kemarahan itu yang terus kami coba pelajari dan latih agar pesan atau alasan mengapa ayah bunda marah padanya dapat ia tangkap, bukan kenangan buruk karena dimarahi ayah bunda.

Tetaplah semangat, Widya! Upayakan terus cara pengasuhan terbaik untuk anak-anakmu!

#tantanganzona1

#bundasayang8

#instititutibuprofesional

#ibuprofesionaluntukindonesia

#bersinergijadiinspirasi

#ip4id2023



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Ke-1 Zona 8 - Berkegiatan Bersama Keluarga

  #tantanganzona8 #berkegiatanbersamakeluarga #jurnalke-1 #bundasayang8 #institutibuprofesional #ibuprofesionaluntukindonesia #bersinergijadiinspirasi #ip4id2023

SMAN 5 PARIAMAN

SMAN 5 Pariaman merupakan SMA termuda di kota Pariaman. Siswa/i angkatan pertama di SMAN 5 diterima pada tahun ajaran 2009/2010. Ini berarti, siswa/i tersebut saat ini sudah duduk di kelas XII. Pada tahun pertama berdirinya, kegiatan pembelajaran di sekolah ini dilaksanakan di SMAN 1 Pariaman. Demikian pula halnya dengan kegiatan pembelajaran pada tahun kedua. Pada tahun ketiga, siswa/i kelas X sudah mulai mengikuti kegiatan pembelajaran di gedung SMAN 5 Pariaman, sementara kelas XI dan XII masih mengikuti kegiatan pembelajaran di gedung SMAN 1 Pariaman. SMAN 5 Pariaman yang dipimpin oleh bapak Drs. Admiral ini, saat ini terdiri dari 14 rombongan belajar. terdiri dari 6 rombongan belajar kelas X, 4 rombongan belajar kelas XI, dan 4 rombongan belajar kelas XII. Kelas XI terdiri dari 1 rombongan belajar kelas IA dan 3 rombongan belajar kelas IS. Sedangkan kelas XII terdiri dari 2 rombongan belajar kelas IA dan 2 rombongan belajar kelas IS. Kegiatan pembelajaran didukung oleh 24 orang ...

Jurnal Tantangan Hari Ke-4 Zona 3 (Tahap Perkembangan Anak)

  Bismilaahirrahmaanirrahiim. Hari ini Bunda (baca: saya) menjalani tantangan hari ke-4 zona 3 kelas Bunda Sayang 8, Institut Ibu Profesional.   Rencana Aktivitas Stimulasi Hari Ini Rencana aktivitas stimulasi yang Bunda berikan kepada Rafif ada pada tabel berikut. Dari rencana stimulasi tersebut, Bunda merealisasikan stimulasi berupa memberikan pujian pada Rafif atas perilaku baik yang dilakukan Rafif serta memberikan pujian berupa acungan jempol, pelukan, ciuman, dll. Cerita Bunda tentang Aktivitas Stimulasi yang Dijalankan Hari Ini Pada kesempatan ini, Bunda meminta Rafif untuk memotong kukunya sendiri. Alhamdulillah Rafif mau melakukannya. Setelah Rafif selesai memotong kukunya sendiri, Bunda memuji Rafif dengan kalimat seperti ini, "Pintar anak Bunda ya, mau potong kuku sendiri!". Pujian ini diiringi dengan acungan jempol Bunda untuk Rafif. Reaksi Rafif malah mengacungkan jempol mengarah ke bawah, sambil bibirnya dikondisikan sedikit monyong. Bunda bertanya kepada Ra...