Hari ini aku berjuang agar mampu mencapai 7 setoran jurnal secara berturut-turut setelah gagal di tujuh hari pertama. Semoga aku bisa mencapai target minimal ini. Aamiin.
Bulan Ramadhan adalah bulan untuk latihan mengendalikan hawa nafsu, termasuk di antaranya mengendalikan perasaan marah.
Tadi, anak bujangku, semoga Allah golongkan sebagai hamba-Nya yang shaleh, minta agar saat berbuka puasa hari ini dia dibuatkan mie rebus. Ayahnya dan aku tidak setuju dengan keinginannya tersebut, karena setelah perut kosong seharian, lalu diisi dengan menu mie rebus, sepertinya bukan pilihan yang tepat. Seperti biasa, ketika keinginan kuatnya tidak dipenuhi, anak bujangku marah, dia mulai mengekspresikan kemarahannya dengan mengucapkan hal yang berpotensi membuatku marah. Namun aku mencoba untuk lebih kalem dan tenang dalam menghadapinya saat ia sedang marah, apalagi saat ini sedang berpuasa. Alhamdulillah, aku bisa. Anakku pun kemarahannya sedikit reda. Walaupun tak lama setelahnya kadar marahnya kembali meningkat karena dia ingat keinginannya tidak diizinkan, aku tetap berusaha sabar dan memberinya ruang untuk melatih dirinya mengelola kemarahannya. Alhamdulillah.
Insight yang aku peroleh hari ini adalah bahwa anakku belajar, aku pun belajar. Kami sama-sama belajar untuk mengelola kemarahan kami. Dia belajar memahami alasanku atau alasan ayahnya memberikan larangan padanya. Belajar memahami bahwa larangan ayah bundanya terhadap hal tertentu adalah bentuk sayang ayah bunda untuknya. Aku dan ayahnya juga belajar bahwa boleh merasa marah, karena marah adalah salah satu bentuk sayang, namun cara menyampaikan kemarahan itu yang terus kami coba pelajari dan latih agar pesan atau alasan mengapa ayah bunda marah padanya dapat ia tangkap, bukan kenangan buruk karena dimarahi ayah bunda.
Tetaplah semangat, Widya! Upayakan terus cara pengasuhan terbaik untuk anak-anakmu!
#tantanganzona1
#bundasayang8
#instititutibuprofesional
#ibuprofesionaluntukindonesia
#bersinergijadiinspirasi
#ip4id2023
Komentar
Posting Komentar